Apakah Yesus Pemberontak?
Sebuah refleksi Paskah dari Saudara Vanthoe
Pertanyaan reflektif ini sepintas melintas di alam pikiran saya yang baru bangun di pagi hari yang bertepatan dengan perayaan Paskah, dimana umat kristiani sedang sibuk mempersiapkan ibadah untuk merayakan kebangkitan Kristus.
Saat sepintas membuka Facebook dan melihat postingan saudara Rico, di Beranda Akun FB miliknya 'Rico Tude'. dengan menyertakan sebuah gambar yang memperlihatkan penderitaan seorang pemuda bernama Defianus Kogoya asal Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua Tengah: dengan tangan diikat kebelakang, badannya dimasukan di dalam drum berisi air, yang seketika berubah warna menjadi merah akibat darah yang mengalir deras dari tubuhnya yang dicabik-cabik secara keji dan tidak manusiawi oleh beberapa Oknum TNI. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 3 Februari 2024 dan sempat menggemparkan dunia maya pada tanggal 22 Maret 2024 lalu.
Saudara Rico dalam postingannya itu secara singkat merefleksikan momentum perayaan paskah kali ini dengan mengkontekstualisasi Rakyat Papua yang hidup dalam lingkaran kekerasan tak berujung, dimana pelanggaran HAM subur, dan keadilan buram bagi Rakyat Papua. Refleksinya berfokus pada konteks ketimpangan penegakan hukum dan keadilan bagi korban dalam berbagai kasus pelanggaran HAM di Papua. Berikut uraiannya:
"Tiga hari menjelang Paskah, Yesus di tangkap, disiksa. Peristiwa naas tersebut dilalui sebagai konsekuensi logis melawan penjajahan imperium Romawi saat itu. Sebelum Yesus menerima hukuman, ia terlebih dahulu diadili Pontius Pilatus, wakil Kaisar Roma di wilayah Yudea.
“Engkau raja orang Yahudi ?”, tanya Pilatus.
“Engkau sendiri yang mengatakan”, jawab Yesus.
(Lukas: 23;1-7)
Dalam situasi yang sangat menegangkan dan penuh tekanan ini, Yesus mampu menjawab dengan cara elegan.
Seburuk-buruknya sistem hukum dan peradilan Romawi saat itu, bagi seseorang yang dicurigai melakukan makar atau berusaha menggulingkan kekuasaan, toh masih ada proses peradilan yang dilalui sebelum diputuskan bersalah.
Masih lebih adil dari praktek hukum dan peradilan di indonesia, dimana penyiksaan dan pembunuhan diluar hukum dilakukan langsung oleh aparatur negara, seperti yang dipertontonkan dalam video viral baru-baru ini terkait dugaan penyiksaan terhadap orang Papua oleh aparat TNI: samasekali tidak ada proses peradilan yang membuktikan orang tersebut bersalah atau tidak. Hal ini menunjukan bahwa sistem hukum peradilan kita di Indonesia ternyata jauh lebih buruk ketimbang sistem hukum dan peradilan imperium Romawi pada ribuan Tahun lalu.
Selamat memperingati Jumat Agung dan menyambut Paskah buat saudara-saudariku semua, khususnya rakyat Bangsa Papua. Semoga Kristus segera membebaskan kita dari segala bentuk belenggu penjajahan."
Andaikan Yesus hidup di masa sekarang, mungkin ia tidak disalib, tapi dimasukin kedalam drum lalu disiksa sampai mati.
Tulisan refleksi singkat saudara Riko ini membuat saya merenung pagi-pagi sebelum mengawali semua aktivitas, perasaan cemas, haru, sedih, kesal, sampai emosi, semua bergolak dalam renungan pagi ini sebagai Orang Asli Papua yang turut merasakan dampak konflik berkepanjangan ini.
Masih dalam renungan, saya terus membayangkan akankah para hamba Tuhan yang diberkati ini menyampaikan kabar baik bagi orang Papua yang telah menderita berkepanjangan. Akankah Paskah kali ini membawa harapan baru bagi umat Tuhan di Tanah Papua? Untuk segera keluar dari lingkaran kekerasan bak neraka yang selalu menghantui kehidupan mereka? Ataukah akan sama seperti biasanya pada sebagian besar hamba Tuhan pada momentum perayaan paskah sebelumnya yang hanya seremonial, pujian dan penyembahan saja dengan membatasi diri pada khotbah-khotbah sebatas kajian historis dan teologis dengan mengabaikan aspek kontekstual kehidupan umat Tuhan diatas Tanah Papua ini?
Dengan belajar dari teladan Tuhan Yesus dalam memberitakan kebenaran, keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia demi keselamatan dunia akhirat, dan dengan sukarela mempersembahkan diri-Nya sebagai tebusan untuk dianiaya dan mati disalibkan hingga akhirnya dibangkitkan, maka hari ini menjadi momen yang penting bagi umat Tuhan di Tanah Papua untuk mendengarkan kabar baik tersebut dari mimbar-mimbar gereja.
Pada kesempatan yang lain, para Aktivis Papua dari berbagai kalangan pada berbagai kesempatan menyerukan kemerdekaan atas seluruh makluk ciptaan Tuhan yang ada diatas tanah Papua dari cengkraman Kolonialisme, Militerisme Indonesia dan Imperialisme Barat yang menjadi sebab petaka Kemiskinan, Marjinalisasi, konflik berkepanjangan, pecah-belah keutuhan, eksploitasi SDA besar-besaran, pembunuhan dan perampasan hak hidup, perampasan lahan, serta tertutupnya ruang-ruang berpendapat bagi rakyat Papua dalam mengadukan nasib hidupnya dari ancaman eksistensi kehidupan dan keutuhan Umat Tuhan, adalah bagian lain yang tidak terpisahkan daripada perjuangan Tuhan Yesus semasa hidupnya sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang patut diteladani.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa masifnya operasi-operasi militer, pembungkaman ruang-ruang demokrasi untuk mengungkapkan kehendak, tingkat kriminalisasi yang tinggi terhadap para aktifis berserta berbagai intimidasi dan ancaman, sebaliknya Impunitas tinggi terhadap pelaku-pelaku pelanggaran hukum secara luas dan terang-terangan yang terus di pertontonkan oleh negara yang tidak disebutkan satu-persatu, Umat Tuhan seperti dibiarkan berjuang sendirian mencari keadilan.
Situasi konflik yang berkepanjangan, penegakan hukum yang bias, dan buramnya keadilan ini seakan mendorong umat Tuhan mencari tempat sandaran yang senyaman mungkin untuk mencurahkan seluruh isi hati, keluh, kesah, dan keresahan hati setelah terlampau lama terpendam dalam diam.
Dengan demikian besar harapan Gereja menjadi tempat sandaran yang empuk dan nyaman bagi Umat Tuhan terutama Rakyat Papua mengadukan seluruh perkara hidupnya ke pada Tuhan Yesus, Sang Pembebas.
Semoga derita dan ratapan umat Tuhan diatas Tanah Papua ini keluar dari setiap mulut Hamba Tuhan diatas mimbar-mimbar Gereja pada perayaan Paskah Ini.
Selamat Paskah Keluarga.
Waa!
Comments
Post a Comment