Sebelum Fajar Tiba di Papua

 

 Sebelum Fajar Tiba di Papua

Sebait kata nurani dari seorang patriot


Papua,

Wahai Tanah yang lahir dari nyanyian angin,

di mana matahari pertama kali jatuh

pada dahi anakmu yang hitam manis,

kau masih menyimpan rahasia air mata

dalam setiap desir rumput dan gelombang.


Papua,

Jika sang fajar datang terlalu lambat,

jangan salahkan dirinya

ia sedang mencoba menembus kabut

yang disulam dari sejarah pembantahan.


Papua,

engkau berdiri seperti pohon matoa

di tengah badai yang tak pernah jemu,

namun akarmu tetap kuat di tanah

seperti doa yang menolak dilupakan.


Papua,

Di lembahmu yang sunyi,

aku dengar bisikan nenek moyang:

“Jangan biarkan dunia merampas warna kulitmu,

jangan biarkan siapa pun mencuri namamu.”


Papua,

seperti penyair yang mati demi kata,

engkau telah mengajarkan kami

bahwa keindahan menuntut korban,

bahwa tanah air bukan hanya peta

melainkan luka yang menuntun pulang.


Papua,

jika suatu hari dunia mendengarmu,

biarkan mereka tahu:

bahwa engkau bukan tanah pinggiran,

melainkan titik jantung cahaya

yang ditutupi bayang-bayang.


Papua,

Biarkan anak-anakmu tumbuh

tanpa ketakutan pada senja,

biarkan burung cenderawasih

menyelesaikan tarian yang lama terputus.


Dan jika malam tiba sebelum waktunya,

Papua, janganlah gentar!

sebab bintang kejora yang kau simpan di dada

jauh lebih terang!

dari segala gelap yang mencoba menelanmu.


Papua,

bangkitlah sebagai ikrar yang tak terpatahkan,

sebagai nyanyian yang menembus tembok besi,

sebagai cahaya terakhir yang selalu kembali

meski dunia berkali-kali memadamkanmu.

Comments