ULMWP: Jalan Lurus Perjuangan atau Kedok Sindikat Politik?

ULMWP: Jalan Lurus Perjuangan atau Kedok Sindikat Politik?

Di Papua, ULMWP sejati lahir dari tanah dan rakyat, sementara sindikat politik hanya menjual simbol. Perjuangan harus berpihak pada legitimasi rakyat, bukan ambisi pribadi dan kelompok.


Perjuangan Papua adalah perjuangan panjang sebuah bangsa yang selama puluhan tahun dikepung oleh kekerasan, peminggiran, dan perampasan hak hidup. Perjuangan ini bukanlah sesuatu yang lahir dari gelar, dan bukan pula dari deklarasi di pengasingan.

Perjuangan ini lahir dari tanah, dari hutan, dari kampung, dan dari setiap anak Papua yang tumbuh tanpa jaminan masa depan. Karena itu, harga dari perjuangan ini terlalu mahal jika akhirnya diserahkan kepada ambisi pribadi atau simbol-simbol politik yang tidak berakar di tanah Papua. 

United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) lahir pada 2014 sebagai jawaban atas kebutuhan persatuan seluruh faksi perjuangan Papua, menghadirkan wadah yang mampu menyatukan suara-suara rakyat. Tidak sedikit masyarakat Papua yang pro-NKRI pun menyambutnya dengan simpati, melihat ini sebagai karya Tuhan untuk memuluskan jalan perjuangan bangsa Papua menuju kebebasan dan keadilan.


ULMWP Sejati: Perjuangan yang Tumbuh dari Rakyat dan Tanah Papua

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan munculnya dua wajah perjuangan. Di satu sisi ada ULMWP yang bekerja dalam senyap bersama rakyat di tanah Papua: mengorganisir komunitas, memperkuat lembaga adat, membangun pendidikan politik, dan menyiapkan masyarakat untuk mengelola dirinya sendiri ketika saat itu tiba. 

Mereka tidak menonjolkan gelar, tidak bergantung pada sorotan media, dan tidak menjual nama Papua demi reputasi pribadi. Mereka memahami realitas lapangan, merasakan denyut kampung, dan tahu bahwa legitimasi sejati tidak datang dari luar negeri, tetapi dari masyarakat adat yang menjadi pemilik sah tanah ini.


Politik di Luar Negeri, Dampak Nol di Tanah Papua

Tetapi di sisi lain, ada fenomena yang tumbuh seperti bayangan panjang: sindikat politik yang memakai nama ULMWP untuk membangun citra kepemimpinan di luar negeri. Mereka membagi jabatan seperti membagi kartu undangan, mendeklarasikan presiden sementara tanpa musyawarah adat yang sah, dan membangun struktur pemerintahan simbolik yang tidak memindahkan satu pun pos aparat dari kampung Papua. 

Mereka memungut dukungan dari sebagian rakyat yang belum memahami penuh arah perjuangan, tanpa pernah menanggung tanggung jawab kepada rakyat itu sendiri. Dana donasi dan hibah internasional mengalir deras tanpa transparansi, dibungkus narasi romantis tentang “pemerintahan pengasingan”, sementara rakyat di tanah Papua tetap menghadapi kemiskinan, konflik, dan keterpinggiran yang nyata.

Di sinilah perbedaan itu menjadi terang: ULMWP yang benar bekerja untuk rakyat, sedangkan sindikat politik yang mengatasnamakan ULMWP bekerja untuk dirinya sendiri. Yang satu membangun kekuatan dari bawah, yang lain membangun reputasi dari atas. 

Yang satu memperkuat lembaga adat sebagai fondasi bangsa, yang lain memperkuat loyalitas kepada tokoh tertentu. Yang satu menggalang solidaritas internasional untuk menekan pelanggaran HAM, yang lain menggunakan diplomasi sebagai panggung personal. Yang satu membangun masa depan Papua, yang lain membangun simbol kosong yang jauh dari realitas.


Perjuangan Sejati Papua: Pemimpin dari Tanah untuk Rakyat

Perjuangan Papua tidak boleh dikaburkan oleh simbol. Rakyat Papua tidak membutuhkan raja kecil yang berkuasa dari luar negeri, melainkan pemimpin yang hidup bersama mereka, merasakan penderitaan mereka, dan membangun kekuatan politik dari tanah yang sama. 

Kemerdekaan tidak akan lahir dari mereka yang menabalkan dirinya sebagai presiden, tetapi dari mereka yang membangun kesadaran rakyat bahwa mereka adalah pemilik masa depan Papua. Karena itu, setiap orang Papua harus berani membedakan: mana perjuangan sejati yang menegakkan martabat rakyat, dan mana sindikat politik yang hanya memakai nama perjuangan untuk kepentingan yang tidak pernah dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

ULMWP yang berakar di tanah Papua adalah jalan lurus perjuangan. Ia hidup dari legitimasi adat, bertumbuh dari kerja kolektif, dan bergerak untuk perubahan nyata. Sebaliknya, sindikat politik yang mengatasnamakan ULMWP dan menjual simbol-simbol kepemimpinan di luar negeri hanya melemahkan gerakan rakyat, mengacaukan arah perjuangan, dan merampas nama suci Papua untuk ambisi pribadi.


Rakyat Papua: Pemegang Kendali Perjuangan dan Masa Depan

Perjuangan ini terlalu besar untuk diserahkan kepada lambang kosong. Perjuangan ini hanya akan menemukan tujuannya jika rakyat sendiri memegang kemudi, menentukan masa depan, dan memastikan bahwa nama Papua tidak lagi menjadi komoditas politik, tetapi menjadi panggilan suci untuk keadilan dan pembebasan.

Jika rakyat mampu membedakan dan memilih dengan kesadaran, maka tidak ada tokoh, tidak ada sindikat, dan tidak ada simbol yang bisa merusak perjalanan bangsa ini menuju kebebasan. Yang tersisa hanya satu hal: Papua bergerak maju dengan martabatnya sendiri, dengan kekuatannya sendiri, dan dengan visi yang lahir dari tanahnya sendiri.


ULMWP Sah: Milik Rakyat, Bukan Ambisi Pribadi

Dukungan sejati harus diberikan kepada ULMWP yang sah, yang lahir dari persatuan seluruh faksi perjuangan Papua dan bertumbuh dari rakyat. ULMWP ini bukan milik Menase Tabuni, Octovianus Mote, atau Markus Haluk.

ULMWP sejatinya milik seluruh bangsa Papua. Ia hidup dari legitimasi adat, bekerja untuk rakyat, dan bergerak demi perubahan nyata, bukan demi ambisi pribadi atau kelompok tertentu. Hanya dengan mendukung ULMWP yang sah, perjuangan Papua dapat tetap murni, terlindungi dari manipulasi, dan benar-benar menegakkan hak rakyat Papua untuk menentukan masa depan mereka sendiri.

Comments