Menuju Konsolidasi Nasional: ULMWP, KNPB, dan Barisan Revolusi Rakyat Papua

Menuju Konsolidasi Nasional: ULMWP, KNPB, dan Barisan Revolusi Rakyat Papua 

Perjuangan kemerdekaan Papua memasuki fase penentuan yang menuntut kedewasaan politik, strategi yang tajam, dan kesatuan gerak yang nyata. Pembentukan barisan revolusioner menjadi keharusan untuk mengorganisir rakyat secara sadar, terdidik, dan berdisiplin.


Sudah tiba saatnya United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) menjalankan makna sejatinya, yakni menjadi poros kepemimpinan nasional yang efektif melalui kerja sama organik dan tak terpisahkan dengan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) sebagai kekuatan utama mobilisasi rakyat di dalam negeri.


Menyatukan Nafas Perjuangan Papua

Selama ini, ULMWP cenderung berfungsi sebagai wajah politik dan diplomatik perjuangan Papua di tingkat internasional. Ia berbicara tentang hak menentukan nasib sendiri di hadapan dunia. Namun perjuangan tidak akan mencapai titik balik tanpa denyut nadi rakyat di tanah Papua sendiri. 

Di sinilah KNPB memegang peranan yang tidak tergantikan: KNPB adalah ekspresi langsung dari kesadaran politik rakyat, terutama kaum muda dan mahasiswa, yang bergerak di jalan-jalan, kampung-kampung, dan ruang publik dengan keberanian sipil yang konsisten. Ketika ULMWP dan KNPB berjalan terpisah, perjuangan berjalan pincang; tetapi ketika keduanya menyatu dalam visi dan ritme yang sama, barisan revolusioner rakyat mulai menemukan bentuknya yang utuh.


Barisan Revolusioner dan Kesadaran Kolektif Rakyat Papua

Barisan revolusioner yang dibangun bukan struktur kaku, melainkan aliran kesadaran kolektif terorganisir—dari pendidikan politik rakyat dan diskusi di kampung hingga konsolidasi nasional—berbasis pemahaman tentang sejarah Papua, ketidakadilan struktural, dan tujuan akhir: kemerdekaan bermartabat.

Kerja sama erat antara ULMWP dan KNPB menjadi kunci agar pendidikan politik menjelma menjadi gerakan rakyat yang terarah dan strategis, bukan sekadar wacana elite atau aksi spontan.


Tahun 2026 sebagai Momentum Konsolidasi Nasional

Tahun depan harus menjadi tahun konsolidasi penuh: menyelaraskan garis politik, menyatukan narasi, dan membangun mekanisme koordinasi yang menghormati peran masing-masing. Hubungan simbiotik antara KNPB, yang menggerakkan rakyat dan menekan politik domestik, dengan ULMWP, yang menerjemahkan perjuangan ke dalam diplomasi global, menjadi kunci keberhasilan. 

Konsolidasi juga menuntut keberanian mengakhiri fragmentasi internal, ego sektoral, dan persaingan simbolik. Barisan revolusioner hanya kuat bila dibangun di atas kepercayaan, disiplin kolektif, dan kesediaan menempatkan kepentingan nasional Papua di atas kelompok atau individu. Disiplin non-kekerasan harus ditegakkan sebagai prinsip bersama, karena dari situlah legitimasi moral perjuangan bersumber.


Dari Perlawanan Menuju Persiapan Kenegaraan

Dengan konsolidasi yang matang, barisan revolusioner rakyat Papua tidak hanya siap merebut kemerdekaan, tetapi juga memiliki kapasitas untuk mengelolanya. Kesadaran politik, solidaritas sosial, dan kepemimpinan kolektif yang tumbuh dari kerja sama ULMWP dan KNPB akan menjadi fondasi Papua yang berdaulat. 

Semoga 2026 menjadi momentum untuk menyatukan langkah, menguatkan barisan, dan menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Papua berjuang secara bermartabat dan bertanggung jawab.


Wim Anemeke 

Comments